PENGELOLAAN PARIWISATA GUNUNG KAPUR DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BATU PUTIH SUMENEP
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2014 - 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kabupaten
Sumenep adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093,45 km² dan populasi 1.041.915 jiwa. Kabupaten
Sumenep yang berada diujung timur Pulau Madura merupakan Wilayah yang unik
karena selain terdiri wilayah daratan dengan pulau yang tersebar berjumlah 126
pulau (berdasarkan hasil sinkronisasi Luas Wilayah Kabupaten Sumenep).
Jumlah
pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38%, sedangkan pulau
yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%. Koordinasi pembinaan wilayah
juga dibutuhkan untuk menjaga integrasi pulau-pulau terluar dan wilayah
strategis lainnya. Pulau Karamian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar
di bagian utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan dan jarak tempuhnya +
151 Mil Laut dari Pelabuhan Kalianget, sedangkan Pulau Sakala merupakan pulau
terluar di bagian timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi dan jarak
tempuhnya dari Pelabuhan Kalianget + 165 Mil Laut.Pulau yang paling utara
adalah Pulau Karamian dalam gugusan Kepulauan Masalembu dan pulau yang paling
timur adalah Pulau Sakala. (lontarmadura.com)
Ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Sumenep dapat
disebut dengan kabupaten kepulauan. Karena itu, tak salah bila daerah ini
mempunyai karakteristik unik, yakni kehidupan penduduknya tidak jauh dari
sektor kelautan dan peri kanan, terutama di dacmh kepulauan. Dalam skema pengembangan
Madura, Kabupnten Sumenep dipersiapkan sebagai tujuan wisata, perikanan,
peternakan dan industri penggaraman. Dengan ditunjang lingkungan biofisik dan
posisi yang strategis. Struktur perekonomian kabupaten ini didominasi sector
kelautan, pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. (Badan Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Jatim:2009/11)
Sumenep merupakan kabupaten paling timur di pulau
Madura dan terkenal sebagai slah satu daerah tujuan wisata di propinsi Jawa
Timur. Salah satu objek wisata yang ada di kabupaten Sumenep berada di
kecamatan Batuputih. Dari sisi geografis, kecamatan Batuputih terletak di
dataran tinggi. Dari pusat kota Sumenep berjarak ±20 km ke arah utara, Dilihat
dari kondisi struktur tanah dan bentang alamnya yang berupa pegunungan,
pastinya hal yang tampak adalah kekeringan atau kekurangan air serta tanah
tadah hujan, Meskipun kenyataan ini menjadi suatu yang tak bisa dihapuskan dari
perjalanan masyarakat Batuputih menempuh kehidupan. Namun disini mempunyai
suber daya alam yang bisa dijadikan pendongkrak ekonomi masyarakat sekitar, yaitu
gunung kapur lokasi pertambangan batu putih yang dapat dieksplorasi menjadi
kawasan wisata. (Nusapedia.com)
Gunung kapur di kecamatan batu putih ini merupakan
bentangan daratan yang mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan kawasan
wisata modern karena panorama alamnya yang indah. Jika kawasan tersebut benar
direalisasikan sebagai kawasan pariwisata modern, pasti dapat membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat di
kecamatan batu putih.
Disini
terdapat beberapa penambangan batu putih dengan berbagai macam jenis, jika
dibagi dengan alat penambangan disini bisa dibagi dua yaitu penambangan dengan
alat modern dan penambangan dengan alat tradisional, mereka sama-sama mencari
untung dengan mengeruk batu kapur yang ada di pegunungan ini. Untuk tujuan
fotografi tempat ini juga cocok dijadikan tempat berfoto karena pemandangannya
yang bagus dan tempat ini bersebarangan dengan laut pantura pulau Madura yang
dikenal indah dengan gugusan bibir pantai pasir putih yang membentang sepanjang
bibir pantai ini dan juga merupakan terusan dari Pantai Badur dan Pantai
Lombang. (portal Madura)
Dari semua potensi yang dimiliki kawasan gunung
kapur batu putih seharusnya dapat dimaksimalkan menjadi daerah pariwisata
modern. Namun pemerintah kabupaten Sumenep tampaknya belum melihat potensi
tersembunyi gunung kapur batu putih, hal ini ditunjukkan dengan terbiarkannya
kawasan ini tanpa bangunan – bangunan. Jika kita hendak mengunjungi kawasan
tersebut, akan ditemukan banyak jalan yang rusak dan belum diperbaiki untuk
akses menuju kawasan gunung kapur, ini jelas mengindikasikan bahwa kawasan
gunung kapur belum terjamah oleh kebijakan pemerintah kabupaten. Maka dari itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengelolaan pariwisata
gunung kapur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kecamatan batu
putih sumenep.
1.2 perumusan
Masalah
berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengkaji
dan mengulas tentang pengelolaan pariwisata gunung kapur dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kecamatan batu putih sumenep, maka peneliti membuat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
pengelolaan pariwisata gunung kapur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di kecamatan batu putih sumenep
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk
mengetahui pengelolaan pariwisata gunung kapur dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di kecamatan batu putih sumenep
1.4
Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan diperoleh
manfaat sebagai berikut :
1. Hasil
penelitian diharapkan bisa menjadi bahan perbandingan dan bahan kajian untuk
penelitian sebelumnya
2. Hasil
penelitian bisa digunakan sebagai referensi untuk bahan penelitian selanjutnya
3. Hasil
penelitian diharapkan bisa menjadi solusi bagi pengambil kebijakan di kabupaten
sumenepdalam mengelola gunung kapur di batu putih
4. Untuk
memperoleh gambaran tentang potensi pariwisata gunung kapur batu putih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1 KAJIAN TEORI
PENGELOLAAN
2.2
Kajian teori pariwisata
2.3
Kajian teori Kesejahteraan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Fokus penelitian
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan atau
metode penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Moleong
(2006:4) yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dalam penelitian ini,
penulisan menggunakan pendekatan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Masalah pokok yang
bersumber dari pengalaman penelitian atau pengetahuan yang diperolehnya melalui
keputusan yang ilmiah .Moleong(2006:97).
Berdasar pengertian
diatas maka terjadi fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah
peranan lembaga permasyarakatan terhadap narapidana melalui pemberdayaan
keterampilan usaha di Lembaga Pemasyarakatan Kedung Pane Semarang.
Indikator Penelitian:
1. Potensi local yang dimiliki oleh kawasan gunung kapur kecamatan
batu putih sumenep.
2. Faktor penghambat yang mungkin terjadi saat kegiatan ekspolrasi
dilakukan.
3. Pemberdayaan masyarakat kecamatan batu putih menjadi masyarakat
wisata.
4. Konsep dan mekanisme eksplorasi alam gunung kapur kecamatan batu
putih
3.2
Lokasi penelitian
Lokasi merupakan salah
satu konsep dasar geografi terpenting. Karena lokasi dapat menunjukkan posisi
suatu tempat.
Lokasi yang menjadi
tempat penelitian pengelolaan pariwisata gunung kapur
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kecamatan batu putih sumenep adalah di Gunung kapur batu putih dan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Sumenep.
3.3
Sumber data
Sumber data adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh apabila peneliti menggunakan kuesioner
atau wawancara dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden
yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik
pertanyaan tertulis maupun lisan.
Sumber data adalah
sumber dari mana diperoleh Suharsimi Arikunto (2010:172) Menurut Jonathan
Sarwono (2006:209), jika dilihat dari jenisnya maka data kualitatif dapat
dibedakan sebagai data primer dan data sekunder.
1.
Data primer
Data primer adalah data
berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan
yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya dan dapat direkam atau dicatat
oleh peneliti. Data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa
teks hasil wawancara dengan beberapa responden, dalam hal ini beberapa pihak
dari kepala dinas kebudayaan dan periwisata kabupaten sumenep, serta masyarakat
di kecamatan batu putih sumenep.
2.
Data sekunder
Data sekunder adalah
data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara
membaca, melihat, mendengarkan Data sekunder yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah berupa data hasil observasi dan dokumentasi.
3.4
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa
pedoman wawancara yang ditujukan kepada masyarakat yang bertempat tinggal di
kawasan gunung kapur kecamatan batu putih dan untuk kepala dinas kebudayaan dan
pariwisata kabupaten Sumenep.
Berikut daftar pertanyaan yang akan ditujukan kepada
pihak dinas kebudayaan dan periwisata Kabupaten Sumenep.
1. Sejauh
mana anda melihat potensi kawasan gunung kapur di kecamatan batu putih ?
2. Apakah
dalam tahun anggaran 2015 – 2016 ada rencana untuk memfokuskan pembangunan pariwisata?
3. Apakah
ada interpretasi untuk membangun kawasan gunung kapur menjadi kawasan
pariwisata modern?
4. Apa
harapan anda ke depan untuk kawasan gunung kapur ini ?
Berikut daftar pertanyaan yang akan ditujukan kepada
masyarakat di sekitar lokasi gunung kapur kecamatan batu putih.
1. Sejauh
ini, apakah ada perhatian dari pemerintah dalam membangun kawasan gunung kapur
?
2. Apakah
anda setuju jika kawasan gunung kapur dijadikan kawasan wisata ?
3. Apakah
anda akan memberikan dukungan berupa gerakan gotong royong bersama untuk
membantu pembangunan kawasan gunung kapur ?
4. Apa
harapan anda jika seandainya pembangunan tersebut benar-benar dilakukan oleh
pemerintah ?
3.5
Subyek penelitian
Adapun subyek
penelitian dalam penelitian ini berjumlah 10 masyarakat. Pengambilan sampel
menggunakan teknik wawancara
3.6
Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini
data yang diambil adalah data kualitatif, sehingga teknik pengumpulan datanya
menggunakan :
1. Wawancara
Wawancara merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber
data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan,
baik langsung maupun tidak langsung (Djumhur dan Muh.Surya,1985)
Wawancara adalah
kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan
menggungkapkan pertanyaan- pertanyaan pada para responden. Wawancara bermakna
berhadapan langsung antara interviewer (s) dengan responden dan kegiatan
dilakukan secara lisan. P.joko subagyo (2006:39)
Tujuan dari wawancara
adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan pertanyaan untuk dijawab oleh yang diwawancarai.
Dalam hal ini peneliti
menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara yaitu instrumen-instrumen
berbentuk pertanyaan pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada responden
yang terlibat, yaitu kepala dinas kebudayaan dan pariwisata, dan masyarakat di
sekitar lokasi gunung kapur kecamatan batu putih.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada
bersama objek yang diselidiki, disebut observer langsung.
Sedangkan observer
tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya
peristiwa yang diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film
atau rangkaian slide atau rangkaian foto. Rahman (2003:77)
Observasi adalah
kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat
sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga,
penciuman, mulut dan kulit karena itu observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta di
bantu dengan pancaindra lainnya.(Burhan bungin,2007:115
Observasi adalah
pengamatan atau peninjauan secara cermat, KBBI(2009 : 340). Dalam menggunakan
metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format
atau blangko pengamatan sebagai instrumen, Suharsimi Arikunto (2010 : 272).
Dalam menggunakan
metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format
atau blangko pengamatan sebagai instrumen, Suharsimi Arikunto (2010 : 272).
Dalam hal ini peneliti
mengobservasi masyarakat di kecamatan batu putih kaitannya dengan respon mereka
terhadap kegiatan eksplorasi pariwisata gunung kapur, peneliti juga
mengobservasi masyarakat lain di kabupaten sumenep apakah setuju atau kurang
setuju.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan
objek perolehan informasi dengan memperhatikan tiga macam sumber yaitu tulisan
(paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people) Suharsimi Arikunto(2006
: 135)
Dokumentasi yang peneliti
kumpulkan adalah dokumentasi kegiatan mayarakat sekitar gunung kapur dan
macam-macam potensi alam gunung kapur kecamatan batu putih.
3.7
Teknik analisa data
Analisi Data adalah
proses mengorganisasi dan mengurutkan antara kepala kategori, dan satuan dasar
sehingga dapat ditemukan dan dapat diluruskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.Lexy Moleong (2002 : 103).
Analisis data pada
peneliti ini menggunakan deskriptif kualitatif yang hanya mengumpulkan, menulis
dan menyimpulkan tanggapan dari sumber yang diperoleh penulis dengan cara
melakukan wawancara langsung,dan mengumpulkan dokumen- dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Teknik analisis data
menurut Miles dan huberman (1992) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 209-210)
mencakup tiga kegiatan yang bersama yaitu:
1. Pengumpulan data
Analisis data dapat
dilakukan jika data sudah terkumpul melalui pengumpulan data yang diuraikan
pada sebelumnya. Pengumpulan data dimaksudkan dalam tahap analisis data karena
tanpa terkumpulnya data analisis tidak dapat dilakukan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan
proses pemilihan pemusatan, perhatian, pengabstrasikan dan pentransformasian
data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan,
dari awal sampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti mencari
data yang benar-benar valid.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif,
matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
4. Penarikan Kesimpulan
Dalam tahap ini,
peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip, logika,
mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji
secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah
terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2004. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Google Books
Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Prasetya, No. 7, Juli 2009, hlm.11.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitati untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika
Http://www.lontarmadura.com
http://www.nusapedia.com
Moleong, j. Lexy, 2002. Metodologi penelitian kualitati, Bandung : Remaja Rosdakarya
Musanef, 1995. Manajemen
Pariwisata di Indonesia, Google Books
Wahab, Salah. 1989. Manajemen Kepariwisataan, Google
Books
Widiowati, Didiet. 2005. Kesejaahteraan Sosial: Wacana, Implementasi, dan Pengalaman. Google
Books