MAKALAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
OLEH :
MOHAMMAD NAWAWI
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN
BENAR DALAM PENULISAN SKRIPSI”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah BAHASA
indonesia Universitas wiraraja
Sumenep.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak
dosen yang sudah memberikan
tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini.
2. Teman-teman
yang sudah membantu
3. Rekan-rekan
semua di Kelas C FIA
Universitas Wiraraja
Sumenep.
4. Secara
khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah ini
5. Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
sumenep, desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar telah menjadi keharusan. Adapun untuk
mahasiswa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menjadi tolak
ukur intelektualitas mereka dalam menulis. Hal itu dapat dituangkan dalam
berbagai macam tulisan ilmiah, salah satunya dalam bentuk skripsi. Dalam
skripsi, tidak hanya komponen materi dan isi skripsi yang harus diperhatikan
penulis, namun juga penggunaan tata bahasa Indonesia, dalam hal ini Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dan efektivitas dalam penggunaan kalimat.
Bahasa adalah kunci pokok bagi
kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa
berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan
bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan
apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan
sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan
orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang
diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya
komunikasi berjalan lancar.
Kita sebagai generasi muda, marilah
kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya bahasa untuk
mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa,
berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia,
demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata
oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
“Berbahasa Yang Baik Dan Benar”
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
apa
itu bahasa yang baik dan benar?
2.
Bagaimana penulisan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam penulisan skripsi?
1.3.
TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1.
untuk
menambah wawasan kita tentang penulisan bahasa Indonesia yang baik.
2.
Agar
tidak salah dalam menulis skripsi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 bahasa yang baik dan benar dalam skripsi
Pelajaran
Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD)
sampai ke perguruan tinggi. Namun herannya kualitas tulisan mahasiswa yang saya
evaluasi sangat menyedihkan. Dimana salahnya? Beberapa kesalahan yang sering
terjadi dalam penulisan thesis atau tugas akhir, antara lain dapat dilihat pada
list di bawah ini.
Membuat
kalimat yang panjang sekali sehingga tidak jelas mana subjek dan predikat.
Biasanya kesalahan ini muncul dengan menggunakan kata “yang” berulang kali.
Menggunakan bahasa yang “berbunga-bunga” dan tidak langsung to the point.
Pembaca akan lelah membacanya. Mengapa penulis tidak hemat dengan kata-katanya?
Membuat kalimat yang tidak ada subjeknya. Kurang
tepat dalam menggunakan tanda baca. Misalnya, ada tanda baca titik (atau koma)
yang lepas sendirian pada satu baris. (Hal ini disebabkan karena tanda titik
tersebut tidak menempel pada sebuah kata). Salah dalam cara menuliskan istilah
asing atau dalam cara mengadopsi istilah asing.
Mencampur-adukkan
istilah asing dan bahasa Indonesia sehingga membingungkan Menuliskan dalam
kalimat yang membingungkan (biasanya dalam jurnal-jurnal). Apakah tujuannya
adalah mempersulit para reviewer makalah sehingga makalahnya diloloskan?
Selain
kesalahan tersebut di atas, ada lagi penggunaan bahasa yang kurang sesuai
dengan kaidah. Mungkin hal ini tidak salah, tapi saya merasa kurang “pas” dalam
membacanya. Contoh yang saya maksud antara lain menggunakan kata-kata
“Sebagaimana yang kita ketahui bersama, ...”. Jika sudah diketahui bersama,
mengapa perlu dieksplorasi berpanjang lebar?
Bahasa
Indonesia dan Istilah Teknis
Ada
pendapat bahwa Bahasa Indonesia kurang cocok untuk digunakan dalam penulisan
ilmiah karena banyaknya istilah teknis yang tidak ada padan katanya di dalam
Bahasa Indonesia. Mungkin ini ada benarnya. Namun harusnya tidak hanya Bahasa
Indonesia saja yang memiliki masalah, karena bahasa lain pun memiliki masalah
yang sama. Kita tidak dapat menyerah untuk tidak menuliskan karya ilmiah dalam
Bahasa Indonesia. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak memaksakan kehendak
dengan menggunakan istilah-istilah yang dipaksakan di-Indonesiakan.
Menuliskan
Istilah Asing
Dokumen
teknis biasanya penuh dengan istilah-istilah. Apalagi di dunia Teknik Elektro
dimana komputer, telekomunikasi, dan Internet sudah ada dimana-mana, istilah
komputer sangat banyak. Masalahnya adalah apakah kita terjemahkan istilah
tersebut? atau kita biarkan? atau kombinasi? Ada juga istilah asing yang
sebenarnya ada padan katanya di dalam Bahasa Indonesia. Namun mahasiswa sering
menggunakan kata asing tersebut dan meng-Indonesia-kannya. Contoh kata yang
sering digunakan adalah kata “existing” yang diterjemahkan menjadi
“eksisting”. Menurut saya, penggunaan kata “eksisting” ini kurang tepat. Saya
sendiri tidak termasuk orang yang suka memaksakan kata-kata Bahasa Indonesia
yang sulit dimengerti. Ada beberapa kata yang menurut saya terasa janggal dan
bahkan membingungkan bagi para pembaca. Kata-kata tersebut antara lain: tunak,
mangkus, sangkil. Tahukah anda makna kata tersebut? Apa padan katanya dalam
bahasa Inggris? Mengapa tidak menggunakan kata dalam bahasa Inggrisnya saja?
Penerjemahan yang memaksakan kehendak ini membuat banyak dosen dan mahasiswa
lebih suka menggunakan buku teks dalam bahasa Inggris. Anekdot. Di dalam
pelajaran matematika (trigonometri) yang menggunakan bahasa Indonesia ada
istilah sinus, cosinus, dan seterusnya. Ketika saya bersekolah di
luar negeri dan berdiskusi dengan kawan (tentunya dalam bahasa Inggris), tidak
sengaja
saya
mengucapkan kata “sinus”. Mereka bingung. Sinus dalam bahasa Inggris
artinya sakit kepala! Memang matematika bisa membuat sakit kepala, tapi bukan
itu yang saya maksud. Ini salah satu kendala kalau kita memaksakan menggunakan
bahasa kita sendiri. Oh ya, dalam trigonometri yang bahasa Inggris istilah yang
digunakan adalah sine, cosine, dan seterusnya. Istilah asing atau
teknis yang tidak dapat diterjemahkan (atau akan menyulitkan pembahasan jika
diterjemahkan) dapat ditulis dalam bahasa aslinya dengan menggunakan italics.
2
Akhirnya, adalah kesalahan
pengetikan. Proses pengetikan laporan sendiri terkadang juga membuat kita
sering kali diomeli sama dosen pembimbing. Ada sebuah cara jitu yang bisa kita
gunakan dalam mengatasi hal ini. Sekarang sudah ada software Plugin - Bhs
Indonesia.EXE,sebuah plugin komponen microsoft office untuk check spelling
grammar bahasa Indonesia. Download software ini, install dan berlakukan pada
laporan Anda. Dengan sofware itu akan ketemu mana saja kata-kata yang salah
ketik atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Perlu di ingat saja
bahwa software ini masih mempunyai kelemahan, dictionary nya masih belum
komplit. Mungkin ada researcher mendatang yang mampu melengkapinya,
1. Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas
dua bagian yang meliputi :
-
Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang
menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta
mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap
manusia
-
Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari
segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana
tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan
menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi
untuk membedakan arti.
2.
Tata bahasa (kalimat)
Masalah
definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih
penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan
dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu,
apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang
lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia
dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam
komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat
yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan
subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah
pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun
makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure
lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama
ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3. Kosa kata
Dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih
dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam
bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi,
akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata
dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada
dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam
bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan
merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui
pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan
kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis
dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang
dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin
resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam
bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam
tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir,
tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
Ejaan
suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya,
tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara
kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus
memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak
memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan
huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam
penulisan dengan ejaan yang tepat.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut
ejaan.
5. Makna
Pemakaian
bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai
dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan
kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam
ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa
yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria
pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau
orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu,
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis
dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
BAGIAN II
1.
Bahasa Teratur dan Berpikir Teratur
Seseorang
akan dianggap berpikir teratur jika dalam kesehariannya ia biasa berbahasa
teratur. Hal itu tercermin dari kemampuannya menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
Beberapa
pertanyaan berikut ini dapat membantu kita menilai tertib tidaknya bahasa yang
kita gunakan, misalnya, dalam tulisan kita.
Apakah
setiap kata yang kita gunakan sudah benar-benar kita pahami maknanya? Apakah
kata yang mubazir, yang tidak perlu, tidak kita gunakan?
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguitas)? Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang tidak saling bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah menggunakan bahasa secara tertib.
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguitas)? Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang tidak saling bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah menggunakan bahasa secara tertib.
Berikut
ini contoh paragraf yang telah menggunakan bahasa secara lebih tertib.
Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang menjadi tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik, maka masyarakat penduduk asli akan menghormati dan mau bekerja dengannya.
Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang menjadi tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik, maka masyarakat penduduk asli akan menghormati dan mau bekerja dengannya.
2.
Keracunan Berbahasa
Kesukaran
itu antara lain disebabkan oleh pemakaian susunan kalimat yang tidak teratur
dan penyampaian pikiran atau gagasan yang tidak teratur pula. Perhatikan
kutipan berikut.
Di sekolah putra dan putri bangsa
dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Mereka agar berbudi
luhur. Mereka agar sehat jasmani dan rohaninya.
Kutipan
itu menggunakan sebuah kalimat yang dipenggal menjadi empat bagian kalimat.
Bagian pertama merupakan sebuah kalimat. Bagian kedua, ketiga, dan keempat
masing-masing merupakan suku kalimat, bukan merupakan sebuah kalimat.
3.
Kesejajaran Dalam Kalimat
Ketertiban
bahasa yang digunakan seseorang, misalnya dalam suatu karangan terlihat dalam
kepaduan susunan kalimat yang digunakannya. Unsur-unsur kalimat yang
digunakannya saling berhubungan secara padu dan dapat mengungkapkan pikiran
atau gagasan yang padu pula. Kepaduan susunan kalimat dapat tercipta apabila
kalimat disusun antara lain berdasarkan asas kesejajaran bentuk bahasa.
Kesejajaran
dalam kalimat berkaitan dengan kesejajaran beberapa bentuk bahasa yang biasanya
dihubungkan dengan kata penghubung seperti dan, atau, bahwa, karena, dan yang
dalam sebuah kalimat.
4.
Kesalahan ejaan
Ejaan
turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya benar,
sebuah kalimat dapat menjadi baku dank arena ejaannya salah, sebuah kalimat
dapat menjadi tidak baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada: penggunaan
tanda koma yang salah, dan kesalahan penulisan sapaan.
5.
Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk
yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk
yang strukturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku.
BAGIAN III
Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan
untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan
yaitu bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speec)
dengan fonem sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas
bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu,
ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, dan ragam bahasa sastra.
Dilihat dari segi penuturnya, ragam
bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:
A. Ragam Daerah/ Dialek
A. Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa
Indonesia tersebar luas keseluruh Nusantara. Luasnya wilayah pemakaian bahasa
Indonesia itu menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang
dipakai di suatu daerah berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di daerah
lain. Misalnya, bahasa Indonesia yang dipakai oleh orang yang tinggal di
Denpasar berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di Jakarta.
B. Ragam Bahasa Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa
Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang
digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya
dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
misalnya, pidio, pilem, komplek, pajar, dan pitamin.
C. Ragam Bahasa Resmi dan Ragam
Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh
sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap
pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan
santai. Demikian juga sebaliknya, kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap
penutur atau penulis mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat
mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya
atau pimpinannya, atau bahasa perintah atasan kepada bawahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka
kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan
data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak
memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung
dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama
yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga
negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan
benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita
menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain.
Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca,
saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi
kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang
Baik Dan Benar”.
3.2 saran
Alhasil
penyusunan Makalah ini
sudah selesai , saya sebagai penyusun membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini
dan kesempurnaan pembuatan makalah – makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www. Google.com/search
Tidak ada komentar:
Posting Komentar